Semakin cinta dengan Ubuntu

Hari ini pekerjaan sudah selesai. Untuk mengisi waktu saya teringat akan laptonya Udey yang menggunakan OS Ubuntu, tetapi tampilan desktopnya yang membuat saya terperangah. Sekilas tampilan mirip seperti Machintosh tetapi aslinya menggunakan Ubuntu

Karena penasaran, saya pun mencoba googling untuk mencari tahu bagaimana caranya agar tampilan Desktop Ubuntu saya bisa seperti Mac. Karena kalau saya harus beli yang asli pasti saya akan mikir beberapa kali untuk membeli laptop Mac. Akhirnya saya ketemu dengan link MakeTechEasier yang menurut saya sangat gampang untuk mengikuti manualnya.


Just RTFM (Read The F***ing Manual) plesetan para programmer. Saya pun mencoba membacanya satu per satu. Walau ada sedikit kendala tapi Alhamdulillah hasil yang saya peroleh sangat puas. Dengan menggunakan Ubuntu yang ber penampilan Machintosh membuat kerja tambah semangat.

Ya pelan-pelan saya akan meninggal kan OS Windows yang sudah saya kenal sejak sebelum lahir, untuk pelan-pelan beralih ke Linux. Sebenarnya sudah lama kenal dengan Linux. Dimulai dari Linux RedHat 3.0 yang hanya berfungsi sebagai server walau untuk aktifitas sehari-hari saya masih berhubungan dengan Windows. Toh dengan Linux pun kita masih bisa bekerja layaknya menggunakan windows. Mungkin hanya faktor kebiasaan dan keinginan dari kita. Kalau butuh aplikasi windows yang bisa berjalan di Linux kan ada Wine (Windows Emulator) loh kok tetep...doghh!!


Ada menu baru di wetiga


Selasa malam kami bertiga (saya,kian, dan samira lalu ivan menyusul) mencoba jeng-jeng ke daerah Mayestik. Yup, mana lagi kalau bukan di wetiga. Wetiga yang beralamat di Jalan Langsat 1/3a ini memang dikenal kumpulnya para orang-orang yang hobinya ber-internet. Karena di sini selain kita bisa kumpul-kumpul dan makan atau minum, di sini fasilitas internet (Wifi) juga tersedia gratis.


Waktu saya datang disambut dengan hujan yang rintik-rintik. Setelah shalat maghrib, Saya pun langsung mesan minum kebanggaan saya yaitu susu jahe. Ditengah kami ngobrol si juragan gembul menawarkan kepada saya menu baru. Yaitu sosis solo. Sepintas kalau di lihat seperti telur dadar yang di gulung. Karena penasaran saya pun mencobanya. Dengan di bakar dan di cocol sambal sisa dari nasi kucing, rasa sosis solo memang "mbedani". Ada ayam di tengah-tengah gulungan sosis yang di balut telur kuning. Enak di gunakan sebagai pelengkap lauk "nasi kucing".

Selain sosis solo juga ada wedang secang. Apa itu wedang secang?awal mulanya saya hanya "heeh" aja begitu ditawarkan si juragan wedang tersebut. Ternyata wedang secang adalah minuman yang terbuat dari kulit pohon secang. Dulunya wedang secang hanya dinikmati oleh kerabat kraton saja (sumber disini). Disamping hangat dan nikmat ternyata secang juga mempunyai banyak khasit.





Di jakarta yang penuh sesak ini, terkadang terbesit tempat yang enak buat nongkrong. Yang bukan hanya disesaki dengan jajanan mahal, dinginnya ruangan AC, putihnya lantai marmer. Tapi kalau saya bisa lebih nikmat dengan melihat bintang yang tersenyum ditemani sang bulan, mendengar suara jangkrik sambil minum segelas susu jahe panas. Dan koneksi internet yang harus selalu ada, harus!!. Yup di sini tempat yang "ndesoni" mana lagi kalau bukan di angkringan Wetiga (Warung, Wedangan, Wifi)

 

Komentar Terbaru

Postingan Terbaru