Mana Hantunya....??

Judul di atas sengaja saya buat sekadar untuk memancing supaya lebih banyak orang yang mengunjungi blog saya. Maklum habis baca blognya pandji yang menurut saya inspiratif.

Lanjut...Sabtu kemaren sewaktu saya ke Semarang jalan-jalan bersama teman-teman Semarang. Saya mencoba menyempatkan diri untuk mengunjungi Lawang Sewu yang konon terkenal akan keangkerannya. Plus ditambah dulu pernah ada reality show dunia lain yang sempat pula saya saksikan hantunya sempat muncul. Sabtu malam sehabis jeng-jeng (jalan-jalan) dari Samawis (China Town), rekan kami nila ingin sekali ke Lawang Sewu, berhubung saya juga belum pernah akhirnya kami sepakat kesana walau hujan terus turun.






Belum sempat masuk ke dalam kita sudah di hadang oleh guide dadakan (saya nggak kenal karena belum kenalan) yang menawarkan untuk menjadi guide selama di dalam gedung. Nah sebelum masuk kita diwajibkan bayar Rp 5000 per orang ditambah 30 ribu untuk Guide. Yap, akhirnya kita ber enam (saya, nila, wiwik, [H]Yudee, Dendy, dan sofyan) sepakat untuk masuk. Kalau mau yang gratis Guide pada waktu siang hari.





Lawang sewu dalam bahasa Indonesia berarti 1000 pintu. Memang Gedung lawang sewu ini memiliki banyak sekali pintu. Gedung yang dibangun waktu jaman Belanda ini dan sempat di jadikan sebagai kantor pos memang sangat tua dan angker katanya. Yang menarik adalah dinding, genteng dan ornamen dari kayu masih asli, padahal sudah berumur ratusa tahun. Gedung yang mempunyai 3 lantai ditambah 1 lantai bawah tanah sangat besar. Kami sempat berfoto-foto sejenak untuk mengabadikan ditambah ada potograper gratis dari teman kami [H]Yudee yang memang mumpuni di dunia pemotretan. Akhirnya kami sampai di lantai basement setelah berkeliling gedung.

Di basement ini yang konon terkenal akan ke angkerannya. Disini yang mau mencoba ke bawah hanya kami bertiga (saya, nila dan sofyan). Eits tapi harus bayar lagi dengan bayar Rp 6000 kita akan mendapatkan Sepatu Bot dan Senter untuk tiap orang plus kita ngasih seiklasnya kepada orang yang menjadi guide. Di basement ini pusatnya tempat orang-orang dianiaya. Ada penjara dodok (duduk), Penjara ngadek (berdiri), tempat pemenggalan kepala, sampai pintu pembuangan mayat rahasia. Dan akhirnya sampai di tempat yang membuat penasaran yaitu tempat dilakukannya syuting uji nyali Dunia Lain. Di sini saya kami mencoba mematikan lampu senter dan memang gelap plus apek, sempat deg-deg an juga. Setelah di tunggu beberapa lama dan sempat tingak-tinguk Yup memang setannya tidak muncul karena mungkin saya beraninya rame-rame. tapi kalau di suruh uji nyuli di tempat situ saya mending ronda keliling kampung ngambilin saweran beras tiap rumah. Ehh tunggu dulu, tapi kalau hantunya tali pocong perawan yang main si Dewi Persik saya nggak nolak sih....

txs for [H]Yudee and Juminten for the picts

Nongkrong After Office Hour (Hobi atau Gaya Hidup)

Tidak kerasa sekarang sudah masuk tahun yang baru, dan kebiasaan pulang kantor langsung ke kos kok belum berubah. Entah itu nongkrong di Mall, di pinggir jalan sambil makan di kaki lima atau ketemuan di Angkringan Wetiga. Dari yang hanya iseng sambil nungguin bus, sampe pusing nungguin macet yang itu-itu saja.

Jakarta menjelang senja, waktu belum juga menunjukkan pukul enam petang. Matahari masih terasa enggan menuju tempat peraduannya, namun justru saat itulah puluhan kilometer jalur jalan protokol di kota metropolitan, penuh sesak, padat merayap oleh ribuan kendaraan roda empat dan ratusan ribu kendaraan roda dua. Ditambah bus-bus yang seenaknya berhenti dan ngetem.

Orang bilang,jalanan yang padat atau istilah sononya Traffic Jam, merupakan ciri khas sebuah kota yang sarat dengan dinamika kehidupan. Padatnya arus lalu lintas di ibukota yang seringkali membuat penghuninya mudah stress bahkan pernah ditengarai oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai salah satu tolok ukur meningkatnya perekonomian nasional kita. Lho kok...??? Bisa jadi ada benarnya juga. Tapi tetap aja saya kurang setujuh!!



Bagi yang kerja di Jakarta dan berkantor di segitiga emas (Sudirman-Thamrin-Kuningan). Coba kita telaah, pada saat bubaran hantor, sekitar pukul lima sore,jalan three in one di wilayah protokol Jakarta justru sedang diberlakukan hingá pukul tujuh malam (kalau tidak salah).
Banyak pegawai di seputar Sudirman dan Thamrin sama sama berpikir,apa bedanya pulang ke rumah pada pukul lima sore atau pukul sembilan malam? Toch,nyampe di rumah ,katakan di wilayah Bekasi atau Bogor, juga sama sama pukul sepuluh atau bahkan sebelas malam.

Ya,mending mampir deh ke pusat Perbelanjaan alias Mal dulu. Istilah sononya lagi melakukan window shoping alias cuci mata. Cuman kalau sekedar ngider alias jalan tentu bosen abis.Jadi ya nongkrong deh di Café atau resto yang ada di dalam Mal.
Hari pertama boleh dikatakan iseng.Namun kemudian memasuki minggu pertama,terus jadi bulan pertama,terus tidak terasa dech jadi tahun pertama,tampaknya kerjaan nongkrong di Mal sudah menjadi Hobi yang tumbuh menjadi gaya hidup atau salah satu ciri khas kehidupan manusia metropolitan yang tidak pandang bulu apakah itu laki laki atau perempuan, berbagai jenjang usia mulai remaja bahkan ada juga dibawah umur,hingga usia yang sama dengan matahari yang segera menuju ke tempat peraduannya alias usia senja.

Apa sih yang didapat dengan nongkrong? Wow, banyak dong. Yang pasti setelah mengeluarkan sejumlah uang, kita akan memperoleh pesanan kita,minuman dan makanan kecil atau besar. Secangkir kopi yang hanya ditemani sebulat kue donat normalnya diminum hanya dalam waktu tidak lebih dari lima belas menit,tapi begitu kita nongkrong ditemani oleh sahabat,secangkir kopi yagn sama tadi bisa dihabiskan dalam waktu dua atau tiga jam ! Amazing
Terus ngapain aja?
Yach,namanya juga nongkrong, tentu sambil cuci mata, ngobrol sana sini atau ada yang lebih keren lagi sambil menyelesaikan transaksi bisnis. Kalau saya sih nyari tempat nongkrongannya harus yang ada fasilitas free wifinya.

Emang bisa membicarakan bisnis,membuka notebook sambil nongkrong ? Ya dibisa bisain dech. Namanya juga sudah jadi gaya hidup alias trendsetter orang kota,jadi ya gitu dech,mungkin saja dan bahkan banyak kalangan pebisnis menganggap bahwa membicarakan atau menuntaskan pembicaraan bisnis akan lebih prima hasilnya kalau dilakukan sambil nongkrong dari pada dilakukan secara formal di kantor yang berhawa nyaman.
Mengapa ? Komunikasi antar personal menjadi lebih terbuka. Sekat antara pebisnis seolah olah hilang,atau kata ahli komunikasi,tidak ada lagi message handicap dan cafe menjadi channel atau media yang lebih luwes. Lugasnya, distorsi komunikasi menjadi lebih diperkecil.

Apakah ada dampak negatifnya?Setiap gerakan manusia hidup tentu memiliki dua dampak sisi,positif dan negatif. Tinggal kita yang menentukan mau dibesarkan sisi yang mananya?
Negatifnya,pasti menyuburkan gaya hidup konsumerisme,karena akibat laparmata,kita dapat saja memborong sesuatu yang mungkin tidak kita perlukan. Terus,karena hampir tiap sore nongkrong,ditambah menikmati junk-food tanpa kendali tentu akan menggiring kita menjadi over weight. And last but not least,karena ketemu dengan banyak orang yang sama sama nongkrong juga,kalau tidak teliti bisa bisa kita meet another one,yang buntutnya jadi tidak enak didengar,yakni dimungkinkan terjadinya perselingkuhan (eh!!). Seperti kata group musik Matta : Oow...kamu ketahuan...

Terlepas dari sisi apapun juga,nongkrong alias ngumpul pada kenyataannya sudah menjadi penanda kehidupan masyarakat Indonesia secara umum. Lihat saja betapa suburnya kedai kopi di Banda Aceh, Warung kopi atau teh tubruk mBok Slamet di Yogyakarta dan masih banyak lagi.
Bahkan kalau boleh pinjam pepatah Jawa : Mangan Ora mangan Asal Ngumpul, yang artinya makan atau tidak makan yang penting kumpul.

So , di jalam modern ini orang seringkali bilang , bermula dari Sudirman – Thamrin Jakarta , kemudian menular ke berbagai kota besar,kota sedang bahkan kota kecil se antero Nusantara, nongkrong sesudah jam kantor menjadi gaya hidup.

Sampai jumpa di tempat nongkrong! Jangan lupa mari kita berbagi cerita dan pengalaman hidup.

 

Komentar Terbaru

Postingan Terbaru