Dan malam itu benar-benar terjadi. Tengah malam menjelang pukul satu pagi. Kami kedatangan tamu yang tak di undang beliau adalah Pak Michael dan Anton kalau saya tidak salah ingat. Yah namanya orang baru pasti kami tanya berasal dari mana?dan beliau menjawab bahwa Pak Michael adalah seorang pengajar di salah satu Universitas Swasta di daerah Grogol yaitu Universitas Tarumanegara.
Sepintas memang kami tidak curiga dengan kedatangan beliau, karena bagi kami siapa pun yang akan bergabung dengan komunitas BHI siapa saja boleh. Waktu baru datang beliau berkata-kata yang sepertinya sudah sangat familiar dengan wajah saya. “Masnya yang pake kacamata, yang masuk koran kompas kemaren kan”. Kami pun tertawa dan rekan-rekan pun meng-iya kan seakan-akan saya ada di koran tersebut. Beliau pun dengan sopan dan santun bertanya apakah kami ini komunitas BHI?lalu kami jawab iya. Dengan sopan beliau permisi untuk duduk dan ngobrol bersama.
Beberapa kawan ada yang bertanya “Bapak tahu BHI di mana” lalu dijawab “Saya diberitahu sama teman bahwa di sekitaran Bunderan HI ada komunitas anak-anak nongkrong”. Kecurigaan pun muncul sewaktu pertanyaan seakan-akan sudah di susun dan sudah sangat paham dengan seluk beluk komunitas ini. Dimulai dari pertanyaan siapa yang bekerja sebagai Manajer, jumlah dari komunitas sampai dengan kegiatan-kegiatan lain yang mereka sangat ingin tahu. Bukannya kami menuduh bahwa beliau adalah orang suruhannya Pihak Manajemen Plaza Indonesia yang memang kami tiap jumat malam menghabiskan waktu sampai dini hari “nongkrong” tapi dari pakaian dan pertanyaan kami berasumsi bahwa beliau bukanlah pengajar ataupun pedagang yang sempat di lontarkan dari pertanyaan “ceceran” kami.
Beberapa saat kemudian datanglah pihak Keamanan aka Security aka Satpam mendatangi kami. Beliau (Satpam) ini langsung menasehati kami yang lagi asik-asiknya “nyruput” kopi susu buatan mbok wedang. “Mas, kalau duduk jangan bergerombol dan dibawah, tidak enak di lihat para tamu”. Kami pun merasa aneh. Karena beberapa minggu yang lalu kami tidak di perbolehkan duduk di atas keramik merah tersebut, tapi sekarang di suruh untuk duduk diatas marmer. Karena kebetulan hanya saya yang duduk diatas, yang lain pada “senderan” jadilah saya yang jadi bahan ejekan kali ini. Terlihat tidak ada “kekompakan” dari pihak manajemen. Karena kami sudah lama “nongkrong” di BHI maka kami juga sedikit “nge-les” ke Satpam tersebut. Dengan wajah bingun dan alasan yang dicari-cari “takutnya kalau ada trantib datang anda-anda di angkat” kami pun tertawa terpingkal-pingkal. Dan akhirnya Satpam itu pun mengalah untuk menjauh setelah sebelumnya berpesan kepada kami “saya sudah bilang anda lo, kalau ada apa-apa saya tidak mau tanggung jawab”
Yah...di jakarta siapa pemegang modal dialah yang berkuasa. Karena kami ini bisanya nongkrong di seputaran BHI dan ditemani hangatnya susu kopi buatan mbok wedang yang hanya seharga Rp 2000, apalah artinya dengann minuman yang menggunakan Dolar yang hanya bisa saya nikmati sekali-kali toh itupun saya harus berpikir dulu untuk masuk ke dalam sana. Sory Pak Michael, saya yakin anda bukan pengajar di Tarumanegara tetapi kalau saya salah saya mohon maaf.
Apakah jumat malam akan ada kejadian yang baru lagi??tunggu saja. Semoga dengan kejadian ini, pemerintah semakin berpihak kepada public untuk membuat lagi ruang public yang memang buat public.
Tolong jangan duduk di sini!!
maslie, Tuesday, March 10, 2009Every Journey Has Its Moments
maslie, Sunday, March 01, 2009Sabtu kemaren dapat telpon dari teman dia adalah Mira. Yang katanya ingin melihat pameran computer di JCC. Ya pameran yang diadakan setahun beberapa kali ini memang tidak ada perubahan yang mencolok, masih tetap dengan konsep dan tata letak yang sama.
Akhirnya saya meng “heehkan” walau hujan turun deras yang membuat malas untuk keluar rumah. Dengan karcis masuk Rp 5.000 rupiah kita sudah bias masuk ke arena stand pameran.
Kalau di lihat sekilas poto di atas memang tidak ada yang aneh. Tapi kalau di lihat dari tema yang di usung dan di sambung2kan kok lucu juga. Kejadiannya waktu saya minta di poto oleh Mira di depan Baliho utama. Dengan gaya bingung kok tiba-tiba waktu saya melihat hasilnya ada gadis ABGeh di samping saya. Memang benar Setiap Perjalanan pasti ada momentnya, walau tidak kenal siapa dia tapi paling nggak ada yang bias di buat bahan posting hehehehe
Yahh karena isinya sama aja kalau pameran, yaitu ajang jualan dan promosi teknologi terkini saya hanya muter-muter saja mencari hadiah gratisan yang kali ini saya tidak dapat apa pun, tapi hanya satu CD Audio Yovie & The Nuno itu pun karena saya apply kartu redit Mandiri
Kau membuat ku merasa hebat..
Karena….
Tolong jangan di bayangin saya menyanyi ya..karena di jamin pasti hancur. Dan setelah selesai kami pun memberi ke mereka tips yang lebih karena kami senang, lalu saya pun minta untuk poto bersama. Bak bertemu dengan artis idaman mereka pun senangnya bukan main. Nih potonya..bukan HOAX kan??
Mall Eksklusif
maslie,
Jika sekarang lagi santer-santernya kawasan taman/pedestrian di sekitar hotel Plasa Indonesia atau Bunderan Hotel Indonesia akan di gusur. Jadi jelas bahwa ada perbedaan status sosial yang jelas di Jakarta kini . Semakin sulit untuk menemukan tempat yang nyaman dan murah sekedar untuk melepas lelah dan penat. Kali ini giliran saya sendiri yang mengalami sendiri, yaitu ketertiadaannya parkiran untuk kendaraan roda dua di FX Plasa.
Jumat sore kemaren saya ada janji dengan teman untuk ketemu di salah satu mall yang masih terbilang masih baru dan sangat ekslusif yaitu FX Mall. Karena saya menggunakan kendaraan roda dua saya pun seperti biasa langsung naik menuju parkiran yang memang tidak ada tulisan itu buat parker mobil ataukah roda dua. Belum sampai masuk saya sudah di cegat oleh Satpam setempat yang bilang ke saya bahwasannya di sini (FX Plazs) tidak di sediakan tempat untuk kendaran roda dua. Saya pun kaget, karena baru kali ini ada Mall yang tidak ada fasilitas untuk roda duanya. Saya pun mengalah dan bertanya ke Satpam tadi dimanakah letak parkiran kendaraan roda dua, lalu di jawab di belakang FX Plaza di sebelah hotel Century Atlet. Karena saya baru petama kali parker motor di situ lalu saya pun memutuskan untuk parker di Wiswa Serba Guna. Karena letaknya di belakang jadi saya harus sedikit jauh memutar untuk menuju ke FX Plaza.
pemikiran seperti apakah dari pihak manajemen untuk meniadakan lahan parkiran kendaraan roda dua?sekiranya apa yang menjadi latar belakang untuk meniadakan parkiran kendaraan roda dua. Apakah takut akan imej yang turun karena ada Mall yang menyediakan untuk kendaraan roda dua. Dengan tidak menyampingkan pengunjung yang menggunakan kendaraan umum (Ojeg, angkot, Bus(way), dll), karena memang kendaraan roda dua ada lah kendaraan yang efektif untuk menerobos kemacetan di Ibu Kota
Yah…satu lagi perbedaan dan perlakuan antara pemunya modal dengan orang biasa. Yak arena saya hanya pengunjung saya pun harus rela kehujanan untuk menuju ke parkiran. Dimana kah ruang public yang tepat, murah dah nyaman di Jakarta ini selain Mall?